Senin, 30 Juni 2014

Mengapa Harus Berhenti Merokok ?

Indonesia adalah salah satu negara dengan penduduk terpadat dan terbesar dengan jumlah 237,641,326 juta pada tahun 2010 saja (BPS, 2010). Di sisi lain Indonesia juga adalah salah satu negara dengan jumlah pengangguran dan angka kemiskinan yang besar, serta jumlah pendapatan perhari dibawah rata-rata. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih hidup dibawah garis kemiskinan dan hidup tidak layak. Hal ini diperberat dengan kebiasaan masyarakat Indonesia yang tak “sehat”, yakni merokok. Adalah benar bahwa rokok dan kegiatan merokok bukanlah perbuatan melawan hukum, namun dibalik itu terdapat rahasia besar yang penikmatnya sendiri sudah tau, tapi seolah membiarkan atau menganggap hal tersebut sepele, yaitu kematian.

(Ilustrasi)
Angka kematian akibat rokok terus meningkat, tegak lurus dengan fakta bahwa Indonesia masih menjadi negara ketiga dengan jumlah perokok aktif terbanyak di dunia sekitar 61,4 juta perokok setelah China dan India. Perlu disadari bahwa, jumlah perokok di Indonesia lebih besar dari jumlah penduduk Korea Selatan, Australia, Italia, Spanyol dan beberapa negara eropa lainnya. Sekitar 60 persen pria dan 4,5 persen wanita di Indonesia adalah perokok. Sementara itu, perokok pada anak dan remaja juga terus meningkat. Angka-angka tersebut akan terus meningkat mengingat tidak ada regulasi yang kuat dan konsisten tentang bahaya merokok ini sendiri.
Indonesia dan China adalah salah satu pasar potensial yang sangat menjanjikan bagi raksasa pembuat rokok dunia, merujuk kepada jumlah penduduk yang besar sebagai target pemasaran. Suasana sempurna bagi raksasa rokok dunia adalah ketika mereka mampu menjual barang yang sifatnya adiktif, permintaan akan rokok tak pernah sepi, yang mana permintaan yang tak sepi sama dengan profit. Koorporasi rokok dunia tersebut melihat Indonesia adalah pundi-pundi uang, yang harus terus diperlemah regulasi atau aturannya tentang rokok, agar mereka dapat dengan leluasa memasarkan barang dagangannya kepada masyarakat Indonesia.
Sejumlah penelitian resmi sudah dipublikasikan, berbagai dampak merokok telah dilihat dan didengar secara langsung oleh masyarakat. Tapi apa yang membuat masyarakat Indonesia tetap buta dan kokoh dengan keyakinan yang pelan-pelan merusak tubuhnya ? tidak ada yang pernah benar-benar tau bagaimana ini berawal dan berakhir. Yang jelas hal ini setiap harinya semakin parah, jumlah perokok baru dan jumlah perokok yang sudah berhenti tidak seimbang. Hal yang lebih memprihatinkan adalah rokok telah menyerang anak dibawah umur, hampir bisa dijumpai disetiap sudut, anak kecil merokok dengan gaya layaknya orang dewasa.
(Ilustrasi)
Penulis melihat hal ini merupakan sebuah skenario besar yang telah dirancang dunia barat untuk menghancurkan atau melemahkan negara berkembang. Indonesia secara tidak sadar semakin diperbodoh generasinya, diperlemah pemerintahnya, dan semakin menyengsarakan masyarakat yang kurang mampu. Indonesia dengan jumlah perokok yang tinggi bahkan  Bayangkan, masyarakat miskin dengan pendapatan kecil kecanduan merokok. Dengan pendapatannya yang kecil, sering kali terjadi keputusan yang tidak sehat, dengan pendapatan yang kecil para orang tua miskin tersebut tetap membeli rokok untuk dirinya, dan mengenyampingkan pemenuhan pendidikan bagi anaknya, yang pada faktanya akan menjadi bagian dari penerus bangsa.
Kalau anda seorang perokok, maka berhenti segera !! tidak ada yang pernah tau anda akan menjadi orang kaya atau miskin, syukur kalo anda terlahir sebagai orang kaya. Anda bisa berobat ke dokter spesialis paru-paru yang mumpuni dengan biaya fantastis dan INGAT, belum tentu sembuh 100%. (kebanyakan penyakit ini tak pernah terselsaikan)
Tapi, bagaimana kalo anda terlahir dengan masa depan yang tidak jelas ? kalaupun anda ditakdirkan untuk menjadi orang miskin, setidaknya anda memiliki badan sehat karena tidak merokok, karena dengan badan yang sehat anda masih bisa mengupayakan pemenuhan kebutuhan hidup utama dengan optimal, dan pendidikan bagi anak dan keluarga.
          selamatkan tubuh anda dan jauhkan keluarga anda dari asap rokok.
          mari membangun tubuh yang lebih sehat dan membangun bangsa dengan masyarakat yang
          cerdas, kuat dan penuh semangat.


ROKOK LEBIH POPULER DARIPADA SEX, LEBIH MEMATIKAN DARIPADA PERANG, LEBIH KECANDUAN DARIPADA AGAMA

Source :


Indonesia, J. P. (2010). Badan Pusat Statistik. Retrieved from BPS: http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&id_subyek=12
Video : Sex, Lies, and Cigarettes

Kamis, 12 Juni 2014

Memahami Pengemis Banda Aceh



Memahami masalah kemiskinan bukanlah hal yang mudah, masalah ini cukup kompleks dan merupakan masalah umum dari hampir semua negara-negara berkembang di dunia dewasa ini. Di Indonesia sendiri jumlah pengemis sangat besar. Namun saat ini yang menjadi objek penelitian penulis adalah  pengemis yang berada di Kota Banda Aceh dan sekitarnya. Dari banyak pengemis yang penulis jumpai, rata-rata dari mereka memang berasal dari kalangan ekonomi lemah, ada juga yang menjanda sejak di tinggal suami yang notabennya merupakan tulang punggung keluarga. Tak sedikit pula yang mejadi seperti ini karena stres, tekanan jiwa yang diakibatkan peristiwa Tsunami beberapa tahun silam. Umumya mereka datang dari luar daerah, bukan penduduk lokal. Dari pemerintah sendiri sudah mengeluarkan berbagai solusi dan kebijakan, namun seolah-olah solusi dan kebijakan itu menimbulkan kebuntuan dan kontroversi tersendiri. Setelah melakukan penelusuran, penulis dapat mengklasifikasikan pengemis-pengemis tersebut kepada 2 golongan, yaitu : 
  1. “Cacat” fisik, yang tidak mampu, tidak produktif secara ekonomi, dan
  2.  Pengemis yang sehat fisik atau tidak cacat, dan berkemampuan produktif secara ekonomi.
Bagi pengemis yang masuk di dalam katagori yang pertama, ketidakmampuan mungkin pantas bagi mereka untuk menjadi alasan untuk memilih jalan menjadi pengemis dan mencari tahu siapa yang seharusnya bertanggung jawab atas mereka. Sebaliknya bagi pengemis yang masuk dalam katagori kedua dan bahkan menjadikan mengemis sebagai sebuah profesi atau pekerjaan tetap, mungkin alasan yang tepat bagi mereka adalah “kemalasan yang berkepanjangan”
Pada beberapa kasus, masalah pengemis ini menjadi sebuah “Dilema” yang cukup indah. Karena yang dikatakan pekerjaan itu apabila mampu menghasilkan sesuatu yang berharga dari skill, atau kemampuan pribadi. Bukan dari meminta-minta yang dengan mudah menghasilkan uang. Dari hasil pengamatan penulis yang menjadi point meningkatnya pengemis adalah sebagai berikut :
  1. Faktor ekonomi keluarga dan ekonomi pribadi  
  2. Pendidikan yang kurang 
  3. Terpencilnya suatu dan daerah yang mengakibatkan kurangnya informasi
  4. Kurangnnya dukungan orang tua                                  
  5. Daya kreasi atau daya cipta yang lemah.
Di banyak kasus pengemis ini bisa memiliki pendapatan yang lebih besar dari Pegawai Negeri. Ironis memang, tapi itulah dunia. Diluar dari itu semuanya sangat berkaitan dengan hukum alam. Mereka sendiri melakukan ini karena untuk bertahan hidup.  Sekarang, tak perlu dari kita untuk menanyakan “siapa yang bersalah ?”, karena ini akhirnya memang menjadi tanggung jawab kita bersama.

Review tulisan: Change And Continuity In Indonesian Foreign Policy


Penulis melihat Indonesia berusaha untuk mengubah pola hubungan eksternal. Perubahan biasanya terjadi baik pada pola kemitraan dan jenis kegiatan. Perubahan berada di kedua sektor geografis dan fungsional. Indonesia telah berupaya untuk menciptakan pola baru atau pada dasarnya berubah dari hubungan di kedua sektor. Hal ini dapat dilihat pada hubungan luar negeri Indonesia dengan negara-negara lain baik dari segi bilateral dan hubungan multilateral.
Permasalahan untuk studi kasus ini berkaitan dengan mencari penjelasan atas kebijakan luar negeri Indonesia, pada titik dimana pengaruh yang timbul di sistem internasional menyeberangi arena domestik dan dimana politik domestik berubah menjadi perilaku internasional. Tulisan ini mengungkapkan bahwa kebijakan luar negeri Indonesia telah berubah secara substansial sejak jatuhnya Suharto pada tahun 1998.
Awal pemerintahan pasca - Soeharto disibukkan dengan bisnis transisi demokrasi, mendirikan lembaga-lembaga demokrasi, penarikan militer dari politik, dan menolak berbagai ancaman terhadap reformasi. Dalam beberapa tahun terakhir, kebijakan luar negeri telah menarik perhatian lebih, dan pemerintah (di bawah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pertama kali terpilih pada tahun 2004) telah mencoba untuk meningkatkan citra Indonesia di dunia internasional dan meningkatkan perannya di Asia Tenggara.
Dimensi instrumental untuk tumbuh, fokus Indonesia dalam kebijakan luar negeri mengingat keuntungan material dari pengaruh yang lebih besar di panggung dunia . Ada manfaat jelas dari mengembangkan hubungan strategis dengan negara-negara besar dan mencari stabilitas di wilayah itu. Selain itu, profil internasional yang lebih tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui investasi asing dan pengaturan perdagangan dinegosiasikan.
Namun, evolusi dari kebijakan luar negeri Indonesia juga mencerminkan pergeseran peran politik dalam negeri dan kepentingan. Perubahan yang terkait dengan transisi demokrasi Indonesia telah memperluas jangkauan suara dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri. Demokratisasi dari proses ini telah mengungkapkan keinginan yang tulus oleh banyak aktor-anggota parlemen, aktivis, perwakilan lembaga swadaya masyarakat (LSM) untuk memajukan demokrasi dan hak asasi manusia sebagai nilai-nilai politik pusat di Indonesia kontemporer. Juga pada salah satu Bagian pada tulisan memperlihatkan sesuatu yang menarik, yakni tabel pencapaian, gaya kepemimpinan, strategi dan kebijakan dari setiap presiden yang pernah dan sedang memimpin Indonesia. Dimana terlihat jelas sejak awal Bangsa ini lahir, praktik Bebas-Aktif sudah diterapkan, yakni pada masa Ir. Soekarno.
Di Indonesia pendekatan kebijakan luar negeri sangat dipengaruhi oleh pengalaman negara dalam mengamankan kemerdekaannya dari Belanda dalam perjuangan bersenjata, dan kemudian mempertahankan kemerdekaan dalam persaingan dunia adidaya. Politik luar negeri di bawah Soekarno (1949-1966) adalah radikal, ditandai dengan peran gadungan Soekarno sebagai pemimpin revolusioner dari negara-negara berkembang. Republik Indonesia yang baru berkomitmen pada tahun 1948 untuk mengejar “bebas dan kebijakan luar negeri aktif”.
Kebijakan luar negeri Indonesia awal berkonsentrasi pada oposisi terhadap kolonialisme dan untuk mengamankan posisi internasional, terlepas dari Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Dari Konferensi Bandung negara-negara non-blok pada tahun 1955 dan dukungan untuk Non-Blok Gerakan setelah diresmikan pada tahun 1961 adalah refleksi utama prioritas ini. Dari akhir 1950-an, kebijakan luar negeri Indonesia di era Soekarno pada “demokrasi terpimpin” menjadi jauh lebih tegas, dengan retorika anti-kolonial meningkat dan upaya yang dilakukan untuk menentang pembangunan Federasi Malaysia dari 1963.
Masa Konfrontasi Malaysia meningkatkan, ketegangan antara Indonesia dan tetangga dekat dan negara-negara lain di dalam dan di dekat Asia Tenggara, termasuk Australia yang mengerahkan pasukan tempur untuk mendukung Malaysia. Selain itu, setiap pemahaman Orde Lama kebijakan luar negeri harus mengakui bahwa tempat dalam politik domestik keduanya mirip namun berbeda dengan era Orde Baru.
Adanya kemiripan dalam arti bahwa kebijakan luar negeri terus mencerminkan berbagai desakan di politik domestik. Tapi itu berbeda dalam arti di bawah pemerintahan Orde Lama, kekuatan politik yang bersaing berusaha mendiskreditkan lawan dengan menggunakan isu-isu kebijakan luar negeri, seperti di masa demokrasi terpimpin ketika arah kebijakan luar negeri Indonesia di bawah Soekarno dipengaruhi oleh keseimbangan kekuatan politik di Indonesia. Selama awal 1960-an, kebijakan luar negeri Indonesia semakin radikal, menunjukkan bahwa keseimbangan politik bergeser ke arah kiri. Soekarno memproklamasikan Indonesia untuk menjadi pemimpin dari The New Emerging Forces (NEFOS) dioposisikan dari OLDEFOS (pemerintahan lama), dan Indonesia terkait dengan negara-negara lain radikal Asia.
Berbeda dengan Soekarno, tujuan utama dari kebijakan luar negeri Soeharto pada masa Orde Baru yang untuk memobilisasi sumber daya internasional untuk membantu dalam rehabilitasi ekonomi negara dan pembangunan, dan untuk memastikan lingkungan regional yang aman yang akan memungkinkan Indonesia untuk berkonsentrasi pada agenda domestiknya. Oleh karena itu kebijakan luar negeri Soeharto pada orde baru diarahkan untuk mencapai tujuan stabilitas internal dan ekonomi pembangunan.
Pemerintah Orde Baru membina hubungan baik dengan negara barat, terutama Amerika Serikat dan negara Eropa. Negara-negara ini telah memainkan peran penting dalam transformasi ekonomi Indonesia dengan memberikan bantuan, pinjaman, investasi, akses pasar, transfer teknologi, dan bantuan ekonomi lainnya.
Memang politik telah didominasi oleh pertimbangan keamanan dan stabilitas sejak awal Orde Baru, tidak mengherankan bahwa militer harus memainkan peran penting dalam kebijakan luar negeri. Namun, ketika perekonomian Indonesia menurun tajam pada tahun 1997 ini mempercepat terkikisnya rezim orde baru. Ini tidak mengherankan, karena pertumbuhan ekonomi melalui ketaatan politik adalah janji besar otokrasi Indonesia. Pada sisi lain, peningkatan tinggi belum pernah terjadi sebelumnya untuk utang luar negeri, memaksa Indonesia untuk meminta bantuan kepada IMF. Keselamatan nasional dan rehabilitasi menjadi kebutuhan sentral Indonesia.
Pada era Orde Baru pasca - Soeharto perubahan di kancah domestik mengakibatkan pluralistik dan keberagaman pada lingkungan domestik dan ada kecenderungan untuk sistem politik demokrasi terbuka. Kondisi politik domestik dan kebijakan luar negeri menjadi sangat transparan.

Rabu, 11 Juni 2014

Krisis Diplomatik Indonesia-Australia


Ketegangan masih terus mewarnai hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Australia, akibat penyadapan yang dilakukan intelejen Australia terhadap sejumlah pejabat negara Indonesia salah satuya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sejumlah tindakan telah diambil SBY, diantaranya dengan menarik pulang Duta Besar Indonesia untuk Australia di Canberra, penarikan prajurit TNI AU yang sedang berlatih dengan tentara Australia, dan penghentian beberapa hubungan luar negeri antara keduanya. Dalam hal ini PM Australia, Tony Abbot adalah sebagai aktor utama dari seluruh kisruh yang terjadi antara Indonesia dan Australia. Informasi tersebut didapat atas pemberitaan media yang heboh dengan pengakuan mantan agen Amerika Serikat Edward Snowden.
Ada beberapa dampak yang lumayan terasa untuk Australia, diantaranya adalah penghentian kerjasama dibidang penanggulangan imigran gelap, yang selama ini Indonesia menjadi garda terdepan dalam menyisir sejumlah imigran gelap yang hendak masuk ke Australia. Selain itu, beberapa dari media dalam dan luar sedang menyoroti perkembangan terakhir dari masalah ini, termasuk penghinaan terhadap Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa.
Sejak terkuaknya penyadapan yang dilakukan oleh intelijen Australia terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Negara Ani Yudhoyono serta beberapa tokoh lainnya, hubungan antara kedua berada di titik terendahnya. Sikap keras Perdana Menteri Tony Abbott yang enggan meminta maaf, dibalas oleh SBY dengan menghentikan kerja sama militer dan penanganan imigran gelap.
Pada sektor ekonomi dan perdagangan Australia cenderung bergantung kepada Indonesia, ini dapat dilihat Lebih dari 2.500 perusahaan Australia melakukan ekspor ke Indonesia. Lebih 150 di antaranya membuka cabang di Indonesia. Bila hubungan itu rusak, kata Harcourt, maka itu akan mengganggu sektor ekspor yang memberikan keuntungan 60 persen dibanding negara lain.
Kemudian lebih lanjut, kerja sama Indonesia-Australia, terutama di bidang ekonomi, sangat bagus. Perdagangan Australia ke Indonesia melebihi angka 14 miliar Dolas AS yang terdiri dari barang dan jasa. Beberapa perdagangan komoditas di antaranya kapal dan daging sapi. Sedangkan di bidang pariwisata, Bali menjadi andalan warga Australia untuk berwisata. "Ada kinerja yang kuat di kedua negara mulai dari agrobisnis, infrastruktur, konstruksi, pendidikan profesional, hingga perbankan," tegas Harcourt salah satu ekonom Australia. Dapat kita lihat apa yang akan terjadi jika hubungan antara kedua negara ini berantakan, di satu sisi Australia sangat merasakan dampaknya, begitu pula sebaliknya.
Pada akhirnya, penulis menganggap penyadapan sebuah negara oleh negera lain adalah merupakan sesuatu yang lumrah dalam percaturan politik internasional, walaupun tindakan tersebut melanggar Perjanjian Vienna. Namun kerjasama baik yang selama ini atas dasar Mutual Trust yang dijalin, terasa percuma akibat ketidakpercayaan pihak Australia terhadap Indonesia. 

Selasa, 10 Juni 2014

Norma Hukum, adat, dan Agama


Dilihat Dari Sisi Pemenuhan, Kemajuan, dan Pelanggarannya 
      1. Norma Hukum
Norma Hukum adalah peraturan yang lahir dari hukum yang berlaku. Norma hukum perlu ada untuk mengatur kehidupan manusia dalam bermasyarakat agar memperoleh kehidupan yang tertib, aman, dan terkendali. Terdapat sanki jika norma ini dilanggar. Sejauh ini, penulis melihat hal ini sangat penting karena setiap perbuatan hukum tentu akan berdampak terhadap subjek hukum. Dan masyarakat sebagai subjek hukum akan terasa lebih aman dalam bertindak apabila didasari oleh hal norma ini, mengingat Indonesia adalah Rechstaat atau negara hukum.
Kemajuannya dapat kita lihat dari disegarkannya peraturan-peraturan, dan juga salah satunya bertambahnya lembaga-lembaga yang menaruh perhatian terhadap kepentingan dan supremasi hukum.
Tidak profesionalnya aparatur maupun birokrat tetap menjadi masalah di Indonesia. Peraturan dan strukturnya sudah rapi, tapi kebocoran tercipta akibat ulah aparatur sendiri.

       2. Norma Adat
Norma adat merupakan salah satu produk hukum karya manusia, yang umumnya tidak tertulis namun tetap memiliki pengaruh sendiri terhadap jalannya kehidupan manusia atau suatu masyarakat adat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Saat ini norma adat jalan bersamaan dengan hukum positif. 
Penulis tidak melihat adanya kemajuan signifikan terhadap pemenuhan norma-norma adat. Hal ini diakibatkan dinamika negeri maupun luar negeri yang pada akhirnya mengutamakan teknologi dalam segala sesuatunya. Banyak nilai-nilai adat yang mulai terkikis dan tidak orisinil lagi akibat kemajuan teknologi dan pemikiran yang semakin berkembang.
Yang selama ini terjadi pelanggaran yang sifatnya kecil, tapi dengan perlahan pasti mengikis adat yang selama ini berlaku, khususnya aceh.

3. Norma Agama 
Norma agama merupakan petunjuk, pedoman hidup bagi masyarakat di dunia yang berasal dari Tuhan yang disampaikan oleh utusan-utusannya yang seluruhnya berisi larang, anjuran, maupun tata tertib dalam hidup. Norma ini memiliki sanksi yang akan timbul di hari kemudian hari, yakni di akhirat atau hari pembalasan. Sanksi yang tidak langsung dirasakan acapkali menjadi pemulus bagi mereka-mereka yang memiliki keimanan yang rentan.
Penulis melihat hal ini cukup berkembang di tengah-tengah masyarakat Aceh, mengingat Aceh adalah salah satu daerah yang kental budaya dan agama islamnya.  
Pelanggarannya tetap terjadi sampai hari ini. Seperti yang penulis telah kemukakan di atas, yang menjadi stimulus terjadinya hal tersebut adalah terkikisnya iman serta sanksi yang cenderung ada di hari kemudian.