Rabu, 11 Juni 2014

Krisis Diplomatik Indonesia-Australia


Ketegangan masih terus mewarnai hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Australia, akibat penyadapan yang dilakukan intelejen Australia terhadap sejumlah pejabat negara Indonesia salah satuya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sejumlah tindakan telah diambil SBY, diantaranya dengan menarik pulang Duta Besar Indonesia untuk Australia di Canberra, penarikan prajurit TNI AU yang sedang berlatih dengan tentara Australia, dan penghentian beberapa hubungan luar negeri antara keduanya. Dalam hal ini PM Australia, Tony Abbot adalah sebagai aktor utama dari seluruh kisruh yang terjadi antara Indonesia dan Australia. Informasi tersebut didapat atas pemberitaan media yang heboh dengan pengakuan mantan agen Amerika Serikat Edward Snowden.
Ada beberapa dampak yang lumayan terasa untuk Australia, diantaranya adalah penghentian kerjasama dibidang penanggulangan imigran gelap, yang selama ini Indonesia menjadi garda terdepan dalam menyisir sejumlah imigran gelap yang hendak masuk ke Australia. Selain itu, beberapa dari media dalam dan luar sedang menyoroti perkembangan terakhir dari masalah ini, termasuk penghinaan terhadap Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa.
Sejak terkuaknya penyadapan yang dilakukan oleh intelijen Australia terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Negara Ani Yudhoyono serta beberapa tokoh lainnya, hubungan antara kedua berada di titik terendahnya. Sikap keras Perdana Menteri Tony Abbott yang enggan meminta maaf, dibalas oleh SBY dengan menghentikan kerja sama militer dan penanganan imigran gelap.
Pada sektor ekonomi dan perdagangan Australia cenderung bergantung kepada Indonesia, ini dapat dilihat Lebih dari 2.500 perusahaan Australia melakukan ekspor ke Indonesia. Lebih 150 di antaranya membuka cabang di Indonesia. Bila hubungan itu rusak, kata Harcourt, maka itu akan mengganggu sektor ekspor yang memberikan keuntungan 60 persen dibanding negara lain.
Kemudian lebih lanjut, kerja sama Indonesia-Australia, terutama di bidang ekonomi, sangat bagus. Perdagangan Australia ke Indonesia melebihi angka 14 miliar Dolas AS yang terdiri dari barang dan jasa. Beberapa perdagangan komoditas di antaranya kapal dan daging sapi. Sedangkan di bidang pariwisata, Bali menjadi andalan warga Australia untuk berwisata. "Ada kinerja yang kuat di kedua negara mulai dari agrobisnis, infrastruktur, konstruksi, pendidikan profesional, hingga perbankan," tegas Harcourt salah satu ekonom Australia. Dapat kita lihat apa yang akan terjadi jika hubungan antara kedua negara ini berantakan, di satu sisi Australia sangat merasakan dampaknya, begitu pula sebaliknya.
Pada akhirnya, penulis menganggap penyadapan sebuah negara oleh negera lain adalah merupakan sesuatu yang lumrah dalam percaturan politik internasional, walaupun tindakan tersebut melanggar Perjanjian Vienna. Namun kerjasama baik yang selama ini atas dasar Mutual Trust yang dijalin, terasa percuma akibat ketidakpercayaan pihak Australia terhadap Indonesia. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar