Kamis, 12 Juni 2014

Memahami Pengemis Banda Aceh



Memahami masalah kemiskinan bukanlah hal yang mudah, masalah ini cukup kompleks dan merupakan masalah umum dari hampir semua negara-negara berkembang di dunia dewasa ini. Di Indonesia sendiri jumlah pengemis sangat besar. Namun saat ini yang menjadi objek penelitian penulis adalah  pengemis yang berada di Kota Banda Aceh dan sekitarnya. Dari banyak pengemis yang penulis jumpai, rata-rata dari mereka memang berasal dari kalangan ekonomi lemah, ada juga yang menjanda sejak di tinggal suami yang notabennya merupakan tulang punggung keluarga. Tak sedikit pula yang mejadi seperti ini karena stres, tekanan jiwa yang diakibatkan peristiwa Tsunami beberapa tahun silam. Umumya mereka datang dari luar daerah, bukan penduduk lokal. Dari pemerintah sendiri sudah mengeluarkan berbagai solusi dan kebijakan, namun seolah-olah solusi dan kebijakan itu menimbulkan kebuntuan dan kontroversi tersendiri. Setelah melakukan penelusuran, penulis dapat mengklasifikasikan pengemis-pengemis tersebut kepada 2 golongan, yaitu : 
  1. “Cacat” fisik, yang tidak mampu, tidak produktif secara ekonomi, dan
  2.  Pengemis yang sehat fisik atau tidak cacat, dan berkemampuan produktif secara ekonomi.
Bagi pengemis yang masuk di dalam katagori yang pertama, ketidakmampuan mungkin pantas bagi mereka untuk menjadi alasan untuk memilih jalan menjadi pengemis dan mencari tahu siapa yang seharusnya bertanggung jawab atas mereka. Sebaliknya bagi pengemis yang masuk dalam katagori kedua dan bahkan menjadikan mengemis sebagai sebuah profesi atau pekerjaan tetap, mungkin alasan yang tepat bagi mereka adalah “kemalasan yang berkepanjangan”
Pada beberapa kasus, masalah pengemis ini menjadi sebuah “Dilema” yang cukup indah. Karena yang dikatakan pekerjaan itu apabila mampu menghasilkan sesuatu yang berharga dari skill, atau kemampuan pribadi. Bukan dari meminta-minta yang dengan mudah menghasilkan uang. Dari hasil pengamatan penulis yang menjadi point meningkatnya pengemis adalah sebagai berikut :
  1. Faktor ekonomi keluarga dan ekonomi pribadi  
  2. Pendidikan yang kurang 
  3. Terpencilnya suatu dan daerah yang mengakibatkan kurangnya informasi
  4. Kurangnnya dukungan orang tua                                  
  5. Daya kreasi atau daya cipta yang lemah.
Di banyak kasus pengemis ini bisa memiliki pendapatan yang lebih besar dari Pegawai Negeri. Ironis memang, tapi itulah dunia. Diluar dari itu semuanya sangat berkaitan dengan hukum alam. Mereka sendiri melakukan ini karena untuk bertahan hidup.  Sekarang, tak perlu dari kita untuk menanyakan “siapa yang bersalah ?”, karena ini akhirnya memang menjadi tanggung jawab kita bersama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar