Memahami masalah kemiskinan bukanlah hal yang mudah,
masalah ini cukup kompleks dan merupakan masalah umum dari hampir semua
negara-negara berkembang di dunia dewasa ini. Di Indonesia sendiri jumlah pengemis sangat
besar. Namun saat ini yang menjadi objek penelitian penulis adalah pengemis yang berada di Kota Banda Aceh dan sekitarnya. Dari banyak pengemis yang penulis jumpai, rata-rata dari mereka
memang berasal dari kalangan ekonomi lemah, ada juga yang menjanda sejak
di tinggal suami yang notabennya merupakan tulang punggung keluarga. Tak
sedikit pula yang mejadi seperti ini karena stres, tekanan jiwa yang
diakibatkan peristiwa Tsunami beberapa tahun silam. Umumya mereka datang dari
luar daerah, bukan penduduk lokal. Dari pemerintah sendiri sudah mengeluarkan berbagai
solusi dan kebijakan, namun seolah-olah solusi dan kebijakan itu menimbulkan
kebuntuan dan kontroversi tersendiri. Setelah melakukan penelusuran, penulis dapat mengklasifikasikan pengemis-pengemis tersebut kepada
2 golongan, yaitu :
- “Cacat”
fisik, yang tidak mampu, tidak produktif secara ekonomi, dan
- Pengemis yang sehat fisik
atau tidak cacat, dan berkemampuan produktif secara ekonomi.
Bagi pengemis yang masuk di dalam katagori yang
pertama, ketidakmampuan mungkin pantas bagi mereka untuk menjadi alasan untuk
memilih jalan menjadi pengemis dan mencari tahu siapa yang seharusnya bertanggung
jawab atas mereka. Sebaliknya bagi pengemis yang masuk dalam katagori kedua dan
bahkan menjadikan mengemis sebagai sebuah profesi atau pekerjaan tetap, mungkin
alasan yang tepat bagi mereka adalah “kemalasan yang berkepanjangan”
Pada beberapa kasus, masalah pengemis ini menjadi
sebuah “Dilema” yang cukup indah. Karena yang dikatakan pekerjaan itu apabila
mampu menghasilkan sesuatu yang berharga dari skill, atau kemampuan pribadi.
Bukan dari meminta-minta yang dengan mudah menghasilkan uang. Dari hasil
pengamatan penulis yang menjadi point meningkatnya pengemis adalah sebagai
berikut :
- Faktor
ekonomi keluarga dan ekonomi pribadi
- Pendidikan yang kurang
- Terpencilnya
suatu dan daerah yang mengakibatkan kurangnya informasi
- Kurangnnya
dukungan orang tua
- Daya kreasi
atau daya cipta yang lemah.
Di banyak kasus pengemis ini bisa memiliki
pendapatan yang lebih besar dari Pegawai Negeri. Ironis memang, tapi itulah
dunia. Diluar dari itu semuanya sangat berkaitan dengan hukum alam. Mereka sendiri
melakukan ini karena untuk bertahan hidup.
Sekarang, tak perlu dari kita untuk menanyakan “siapa yang bersalah ?”,
karena ini akhirnya memang menjadi tanggung jawab kita bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar